Pada tahun 1929, seorang astronom Amerika Edwin Hubble menunjukkan salah satu penemuan terbesar sepanjang sejarah astronomi. Ketika ia mengamati bintang-bintang menggunakan teleskop raksasa, ia dapati bahwa spektrum cahaya bintang-bintang itu berubah menjadi merah. Di dalam ilmu fisika, suatu benda yang memancarkan spektrum warna merah menunjukkan bahwa benda tersebut bergerak menjauhi pengamat. Hal ini memperjelas anggapan bahwa bintang-bintang bergerak menjauhi bumi secara teratur.
Jauh sebelum itu, Hubble telah membuktikan penemuan lain bahwa ternyata bintang dan galaksi tidak hanya menjauh dari kita, melainkan saling menjauh. Dan kesimpulan yang dapat ditarik adalah alam semesta ‘bertambah luas’ secara teratur.
Supaya kita dapat memahami gerakan meluasnya alam semesta ini, bayangkan ketika kita meniup balon berwarna hitam yang digambari dengan titik-titik berwarna putih sebagai perumpamaan bintang-bintang yang ada. Ketika balon mengembang, setiap bagian atau sisi dari balon tersebut akan bergerak saling menjauh. Demikian juga dengan gerak benda-benda angkasa yang saling bergerak menjauh sebagai akibat dari meluasnya alam semesta.
Berkaitan dengan alam semesta yang bertambah luas ini, andaikan waktu kita tarik mundur ke belakang, maka akan terbukti bahwa ia berasal dari sebuah titik tunggal. Secara matematis, titik tunggal ini memiliki makna bahwa semua zat atau materi yang ada di semesta ini mempunyai kerapatan yang tak terhingga dengan volume nol. Alam semesta terjadi karena adanya ledakan dari titik tunggal bervolume nol ini. Ledakan yang luar biasa ini menandai lahirnya alam semesta. Dalam Al Qur’an, Allah berfirman :
....أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi semula berpadu, kemudian keduanya kami pisahkan?” (QS. Al Anbiyaa : 30).
Meluasnya alam semesta merupakan salah satu bukti penting bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan. Meski kajian ilmiah ini baru ditemukan pada akhir abad ke-19, namun Allah telah menjelaskan semuanya di dalam Al Qur’an yang turun sebelum itu.
وَالسَّمَآءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ
“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca.” (QS. Ar Rahman : 7).
Alam semesta lahir 10-43 detik setelah permulaan waktu. Diameternya hanya seperseribu sentimeter (jauh lebih tipis dari titian rambut dibelah tujuh). Namun energinya luar biasa besar, sekira 1019 Giga elektron Volt (GeV). Tak ada artinya bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dibandingkan dengan ledakan dahsyat ini. Saat lahir, suhunya ditaksir 1032 juta Kelvin. Telur ayam cukup diletakkan 9,5 ribu trilyun kilometer dari alam semesta yang masih bayi ini, maka dalam waktu seperseribu detik telur langsung matang. Satu sentimeter saja telur itu diletakkan lebih dekat, telur kita hangus tak berbekas.
Dari sebuah bola kecil berdiameter seperseribu sentimeter dengan energi yang maha besar ini kemudian meledak dan mengembang menjadi kediaman 100 trilyun galaksi, yang masing-masing galaksi terdiri dari 100 trilyun bintang. Dan salah satu galaksi itu yaitu Bimasakti, menjadi tempat matahari sebagai salah satu bintang di mana bumi manusia mengorbit. Hukum fisika yang muncul bersamaan dengan teori ledakan dahsyat itu tidak berubah selama jangka waktu 15 milyar tahun. Selanjutnya, hukum-hukum fisika ini berlandaskan pada perhitungan yang begitu seksama sehingga selisih satu milimeter pun dari nilai yang berlaku dapat menyebabkan penghancuran struktur dan konfigurasi alam semesta.
Atom, bagian pembangun zat, menjadi ada setelah terjadinya Ledakan Dahsyat (Big Bang). Atom-atom ini kemudian mengumpul bersama-sama membentuk alam semesta dengan bintang, bumi, dan matahari. Kemudian, atom-atom tersebut membentuk kehidupan di bumi. Dengan berkumpulnya atom-atom, segala yang Anda lihat di sekitar Anda: tubuh Anda, kursi yang Anda duduki, buku yang ada di tangan Anda, langit yang terlihat melalui jendela, tanah, beton, buah-buahan, tanaman, semua makhluk hidup dan segala yang bisa Anda bayangkan itu telah memasuki kehidupan.
Bayangkan ketika sebuah ledakan terjadi di bumi. Bom Hiroshima, Nagasaki, Bom Bali, Tragedi WTC dan semua ledakan-ledakan lain yang pernah terjadi. Kesemuanya itu hanya akan menghasilkan produk ledakan berupa puing-puing tak teratur, pecahan-pecahan kaca, beton dan benda-benda lain yang rusak. Tidak demikian halnya dengan alam semesta. Alam semesta lahir dari ketidakteraturan menjadi keteraturan. Rencana dan tata aturan yang tiada banding itu tentunya membuktikan keberadaan Sang Pencipta dengan pengetahuan, kebijakan dan kekuatan yang tidak terbatas, Yang telah menciptakan zat dari sesuatu yang tidak ada dan Yang mengendalikan dan mengaturnya secara konsisten. Sang Pencipta ini ialah Allah, Penguasa langit, bumi dan seisinya.
Di masa depan? Terus mengembangkah alam ini, atau justru akan menyusut pada waktu tertentu? Wallahu alam bissawab. Hanya Allah Yang Maha Tahu jawabannya.
أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنفُسِهِم مَّاخَلَقَ اللهُ السَّمَاواتِ وَاْلأَرْضَ وَمَابَيْنَهُمَآ إِلاَّ بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُّسَمَّى وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ بِلِقَآئِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ
“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.” (QS. Ar Ruum : 8).
Andi Nuryandi.
1 komentar:
tambahan deui meh rame
Posting Komentar