Seringkali kita percaya bahwa bencana memang ada, akan tetapi sangat jauh dari kita. Kematian ada, tetapi tidak akan menghampiri kita lekas-lekas. Segala macam ketakutan dan kerusakan di muka bumi seolah-olah hanya akan terjadi di belahan-belahan bumi yang lain, yang letaknya ratusan, bahkan ribuan kilometer dari tempat kita berada. Pemahaman seperti ini justru yang akan membuat kita seolah menipu diri kita sendiri. Kita baru akan meyakini bahwa bencana dan kematian begitu dekat tatkala kita merasakan sendiri akibatnya. Betapa bodohnya diri kita.
Berita yang belakangan semakin santer diperbincangkan adalah orang mulai menyadari akibat dari pemanasan global. Meningkatnya permukaan air laut sebagai bukti mencairnya es di kutub, melahirkan ketakutan-ketakutan yang tak pernah bisa terbayangkan, bahkan terpikirkan. Pemanfaatan bahan bakar fosil dalam kehidupan sehari-hari secara terus-menerus akan menghasilkan dampak tak baik bagi kita. Emisi karbondioksida (CO2) yang dikeluarkan akibat penggunaan bahan bakar fosil dalam jumlah besar akan semakin mencemaskan lapisan atmosfer bumi kita.
Ketika pabrik-pabrik, mesin-mesin kendaran dan peralatan rumah tangga memproduksi polutan berupa gas buang (terutama karbondioksida), gas ini akan bergerak mencari tekanan yang rendah ke atmosfer. Dan salah satu tempat bertekanan rendah di atmosfer adalah stratosfer yang dipenuhi oleh lapisan ozon (O3). Kita tahu bersama bahwa lapisan ozon merupakan lapisan pelindung bumi kita dari sengatan ultraviolet yang berasal dari matahari dan radiasi kosmik luar angkasa. Sinar ultraviolet ini sendiri bukanlah sinar yang ramah bagi kehidupan. Selain dapat menyebabkan tumbuhan mati, lahan tandus, juga dapat menyebabkan penyakit kanker kulit atau kardiovaskular dan bahkan kematian.
Ketika karbondioksida berkumpul di lapisan ozon, sebagian akan bereaksi dengan nitrogen (N2) dan lapisan ozon itu sendiri sehingga menghasilkan gas karbonmonoksida (CO) dan Nitrogen dioksida (NO2) yang juga membahayakan bagi kehidupan. Sebagian lagi menjadi efek rumah kaca yang sama berbahayanya.
Dalam seratus tahun terakhir, suhu global meningkat setengah derajat Celcius. Memang sebuah nilai yang kecil untuk membayangkan angka satu per dua. Tetapi dampaknya, bongkah-bongkah es di kutub mulai mencair dan tinggi permukaan air laut naik rata-rata 10 sampai 20 sentimeter. Jika konsumsi bahan bakar fosil tetap seperti laju saat ini, para pakar iklim memperhitungkan dalam abad mendatang, kenaikan suhu global akan mencapai rata-rata 1,4 hingga 5,8 sentigrade.
Lain dari itu, minyak bumi bukanlah sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Jika terus ditambang, suatu saat bahan bakar fosil ini akan habis. Arab Saudi dan Irak, sebagai pemilik cadangan minyak terbesar di dunia hanya tinggal memiliki sekira 400 milyar barrel minyak mentah saja, dan menurut perkiraan, itu akan habis paling lama sekira 50 tahun lagi.
Benarlah firman Allah dalam QS. Ar Ruum : 41, yang menyatakan :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا
لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.”
Supaya kita terhindar dari bahaya akibat pemanasan global di atas, langkah-langkah yang ditempuh pemerintah kita adalah dengan menggalakkan penanaman sejuta pohon di setiap lingkungan masyarakat, instansi, maupun sekolah dengan tujuan untuk menyerap emisi gas karbondioksida akibat asap-asap pembuangan dari kendaraan bermotor maupun pabrik. Namun selain itu, juga perlu dipikirkan langkah-langkah pengurangan penggunaan bahan bakar fosil dengan cara mencari bahan bakar alternatif lain sebagai sumber energi yang hemat dan ramah lingkungan. Banyak di antara kita yang tidak menyadari bahwa sinar matahari, air terjun, angin, panas bumi (geotermal), laut dapat menghasilkan sumber energi.
Kemajuan teknologi yang pesat bukan hanya dimanfaatkan untuk setumpuk ambisi dan kekayaan pribadi, melainkan perlu juga dipertimbangkan berbagai dampak yang bisa merusak keindahan planet biru kita, yang pada akhirnya bisa mengancam kelangsungan hidup kita sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar